Catatan: Suci Ummi Adam
sumber: Tazkiyatun Nafs
Di tengah perjalanannya menuju Gunung Thian San, seekor burung pipit kecil melepas... lelah di sebuah dahan pohon. Di dekat tempatnya bertengger dilihatnya suatu kesibukan di sebuah rumah mungil.Sambil melepas lelah, si burung pipit mendengarkan percakapan penghuni rumah yang sibuk berbenah di halaman mereka. Nampaknya mereka hendak bepergian ke suatu tempat.
“Yayan tolong ambilkan tool box papa di bawah tangga.” kata si ayah yang sedang mengecek karburator mobil.
“Ini pa,”kata si anak. Sambil masih melanjutkan pengecekan, si ayah berkata, “Oh terima kasih. Letakkan di dalam mobil yah…., kalau-kalau di tengah jalan nanti kita membutuhkan peralatan itu.”
Tiba-tiba dari dalam rumah muncul anak perempuan mengikuti ibunya yang sedang berbenah kotak-kotak makanan. “Mama, Titin boleh bawa boneka panda Titin?”
“Nanti tidak kebanyakan barang bawaan? Sudah ada baju ganti, makanan, tikar, tenda, selimut, kotak air. Nanti tidak cukup tempatnya, sayang…” kata si ibu ke anak perempuannya.
“Ga apa-apa ma, nanti Titin pangku boneka pandanya. Kalau ga boneka panda, nati kalau Titin bosan ngga bisa main-main,” jawab si anak itu
“Ya sudah. Tapi dijaga ya, jangan sampai kotor.” jawab si ibu
“Ahh…Yayan bawa mobil-mobilan juga deh kalau begitu,” si anak laki-laki tidak mau kalah juga rupanya.
“Kita kan mau berlibur tiga hari saja. Ngga usah bawa mobil-mobilan. Nanti Yayan main-main sama papa saja,” jawab si ayah menengahi,”Gimana, semua sudah siap?”
Si ibu menjawab,”sebentar masih kurang kotak P3K,”
Si burung pipit yang sedang asyik melihat kesibukan pemilik rumah itu, tiba-tiba saja tertawa sendiri.Burung pipit membayangkan apa yang terjadi seandainya dirinya yang akan bepergian. Dia merasa lucu membayangkan cakar kirinya harus membawa pundi-pundi minuman, sementara cakar kanannya pundi biji gandum, dan di ketiak sayap kanannya dia mengempit bku cek dan sementara ketiak kirinya dia mengempit pena untuk tanda tangan buku cek, kalau-kalau dia perlu membeli sesuatu di tengah perjalanan.
He…he.. si burung pipit terkekeh sendirian membayangkan keadaannya yang. Burung pipit menyadari, dengan perbekalan yang begitu, dia tidak bakal bisa terbang apalagi mengadakan perjalanan menuju Gunung Thian San.
“Nah, semua sudah siap. Ayo kita berangkat,” jawab si ayah. “Tapi sebelum itu kita berdoa dulu,” kata si ayah mengingatkan keluarganya. Dengan lantang dua anak kecil yang manis itu segera melantunkan doa bepergian dengan suara keras
“Bismillahi tawakkaltu ‘alallohu Laa hawla quwwata illa billahil’aliyyil adzim.”
Mendengar itu, si burung pipit berpkir,”Sebuah doa yang baik. Semoga keluarga itu memahami dan mengerti apa yang dibacanya itu, hingga tidak perlu mereka membawa perbekalan yang berlebihan untuk perjalanan mereka.”
“Ah aku juga perlu membaca doa itu untuk melanjutkan perjalananku,” pikir si burung pipit.(Zaim Saidi)
……………………………………………………………………….
Sahabat,
Kisah di atas, menggambarkan keadaan kita sebenarnya coba tengok isi tas kita, apa yang kita persiapkan untuk perjalanan kita hari ini….
ada buku, telepon, notebook, pena, dll… Pernahkah terpikir pada diri kita,
apa saja yang harus dipersiapkan untuk “perjalanan abadi” kita
perjalanan menuju akhirat perjalanan menuju Yang Terkasih….
Apa yaag harus kita bawa….
Sudahkah kita persiapkan…
Cukupkah persiapan kita……
Sahabat,
Begitu sempurna persiapan kita untuk bepergian
Bahkan ke tempat-tempat yang lokasinya tidak begitu jauh dari rumah kita
Sudahkah kita juga sempurna mempersiapkan diri untuk “perjalanan abadi”….
Sahabat
kematian adalah sebuah kepastian
Tanah akan menjadi tempat pembaringan kita
Ulat akan menjadi taman kita
Munkar dan Nakir akan menjadi tamu kita
Perut bumi menjadi tempat menetap kita
Kiamat menjadi penantian kita
Surga atau nerakakah yang kan menjadi tempat kembali kita
Sudahkah kita menyiapkan daya untuk menghadapinya….
Sahabat,
Segala sesuatu yang akan datang adalah dekat, sedangkan yang jauh adalah sesuatu yang tidak akan datang sama sekali…..
Rasulullah bersabda,”Orang yang cerdas adalah orang yang bermuhasabah dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian.”
Persiapan untuk menghadapi sesuatu tidak dapat sempurna kecuali dengan selalu mengingatnya di dalam hati
Sahabat,
Perjalanan kita semakin cepat jika kita melalaikan diri, mungkin saja kita sudah mendekati tempat persinggahan terakhir dan telah menempuh jarak yang panjang.
Sahabat, kita tidak akan meraih bahagia, kecuali dengan segera beramal dan memanfaatkan setiap nafas yang diberikan Allah.
Book Review.
5 months ago
0 comments:
Post a Comment